You are currently viewing RANAH MUARA RANTAU

RANAH MUARA RANTAU

Berbicara tentang rantau dan segala antek-anteknya, seolah tak akan pernah  habis untuk dikupas dalam. Berbagai sisi kehidupan terus diulik mulai dari ekonomi, kemandirian, tanggungjawab dan sebagainya. Banyak kisah duka tapi tak lebih banyak dari kisah bahagia. Saat krisis keuangan memasuki zonanya, sedang kabar transfer orang tua belum ada jua. Atau malah terkadang datang kabar, mengatakan ada pengunduran jadwal kiriman, rasanya terlalu manis untuk diceritakan.

Tak jarang, dampak yang dihasilkan ialah dengan lauk makan seadanya. Mulai dari lauk gorengan, krupuk, mie instan, dan sambal sudah menjadi teman saat zona krisis moneter melanda. Tapi entah, seolah nikmat saja terasa. Memang benar, terkadang kita harus lebih sering melihat ke bawah agar senantiasa bersyukur. Jangan melulu melihat ka luhur, untuk membandingkan dengan kehidupan batur, yang ada malah rasa kufur bukannya syukur.

Selain konsekuensi keuangan, anak rantau juga pasti sering merasakan istilah homesick atau kangen rumah. Teruntuk rasa yang satu ini tak bisa diceritakan, bahagia bisa sedikit mencicipi rasa ini. Saat sedang sendiri, terkadang datang selintas keinginan untuk bertemu orang rumah, ingin kembali merasakan sentuh kasihnya, mendengar sedikit banyak celoteh Ibu yang terasa merdu saat sedang jauh, menikmati jamuan masakan yang tak bisa didapatkan di rumah makan manapun, atau bahkan sekedar menjadi tukang ojeg pribadi saat hendak belanja ke pasar. Mungkin ini hanya bisa dirasakan bagi meraka yang memilih untuk tinggal jauh dari rumah meninggalkan semua kenikmatan yang ada.

Itu hanya sedikit kisah duka yang dirasa, lebih dari itu ialah kisah bahagia. Saat dimana keputusan menjadi anak rantau mengharuskan banyak kemandirian pun tanggung jawab yang harus dimiliki. Menjadi mandiri dari segala sisi. Mengisi sisa kehidupan dnegan selayaknya orang dewasa yang harus mengerti segala sebab dan akibat yang didapatkan. Mengerti bagaimana harus bersikap, menghadapi dan mengatasi masalah. Benar-benar dituntut menjadi pribadi berdikari.

Saat dilanda ragu, mencari teman untuk berbagi adalah hal paling jitu. Mengungkap semua sendu pada mereka yang dianggap  teman sebahu. Sama-sama memikul beban, pun memikul senang. Karena saat jauh dengan keluarga di rumah, maka Allah akan menggantikan dengan keluarga baru yang tak jauh berbeda, entah dalam bentukk teman, saudara seiman atau yang lainnya. Mereka adalah teman sekaligus keluarga yang senantiasa mengingatkan. Saat susah, mereka berbagi cinta. Saat duka, merka berbagi suka. Tak pernah benar-benar ada masalah yang terasa nyata, karena dengan mereka tempat berbagi segala asa.

Allah maha adil, saat engkau hendak berangkat menanggalkan keluarga. Maka, Allah akan menggantikannya dengan hal yang sama. Jangan takut untuk menimba ilmu di tempat engkau yang belum tahu, karena kasih sayang-Nya akan selalu menjaga bagi mereka yang senantiasa meminta. Selalu berusaha menjadi pribadi yang apa adanya, menebar manfaat walau tak luas jangkauannya. Karena pada hakikatnya, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.

Rasanya akan terlalu banyak kisah bahagia yang tidak bisa dituliskan kata demi kata. Mari berani keluar dari zona nyaman, karena akan ada banyak kejutan yang telah Allah siapkan dibalik susah pahitnya berjuang. Salah satu hal yang akan dirasakan ialah menghargai dan mensyukuri bahwa berada bersama orang terkasih adalah kenikmatan yang patut disyukuri, masih mendapat kesempatan berbagi pun juga sesuatu yang harus disyukuri.

Satu hal yang harus diketahui, saat hendak kembali menapakkan kaki di kampung halaman adalah kebahagiaan. Untuk kembali menyampaikan rindu yang telah lama menumpuk perlahan, pun melukiskan senyuman pada mereka yang disayang. Mungkin benar adanya, bila ingin mensyukuri apa yang dipunya, harus terlebih dahulu merasakan kehilangan. Entah dengan jarak yang memisahkan, agar kemudian bisa benar-benar merasakan, kehadiran keluarga ialah hal yang harus terus disyukuri entah oleh siapa dan dimana kita berada.

Penulis : Nurkomariyah

Editor : MENFO IKBA

Bagikan Yuk!

This Post Has One Comment

  1. Epul Iman

    baiknya merantau itu berapa hari ya teh?

Comments are closed.