You are currently viewing Seperti Purnamanya Sang Rembulan

Seperti Purnamanya Sang Rembulan

  • Post author:
  • Post category:sastra

Bukan kehidupan namanya jika hanya terdapat jalan mulus bebas hambatan layaknya jalan tol, bukan hidup namanya jika hanya ada rasa manis yang bisa dirasakan, bukan dunia namanya jika tidak ada ujian di dalamnya.

Berapa banyak diantara kita, ketika menemui tembok besar yang menghadang dan sudah sekuat tenaga mencari cara untuk melewatinya, namun waktu belum berkenan mempersilakan kita untuk bisa melewati tembok tersebut, maka yang hadir ialah tangis air mata dan segala keluh kesah tak mampu terbendung lagi.

Terlebih di tengah situasi yang serba tak tentu, kita tahu bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang bersejarah bagi umat manusia, dimana kita kehadiran tamu luar biasa, yakni the covid-19 yang sangat berpengaruh terhadap dunia dan seisnya. Namun sayang, pengaruhnya memberikan dampak yang kurang baik bagi kehidupan manusia, mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.

Belum lagi kesehatan mental yang mungkin menyerang sebagian orang, tak siap menghadapi situasi baru dan terjebak pada lingkungan yang membuat dirinya cukup sulit untuk mengembangkan potensi yang ada. Hingga tak jarang, perasaan insecure-nya meronta-ronta, ketika melihat kawan sepantarannya sanggup beradaptasi, memiliki support system yang baik dan telah berkembang jauh lebih pesat dari dirinya meski sama-sama sedang berjuang menghadapi pandemi yang juga belum kunjung reda setelah lebih dari satu tahun ini.

Tapi, coba kita perhatikan firman Allah yang begitu indah, dalam Qs. At-Taubah ayat 36 yang berarti Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Sekilas jika kita lihat, adakah kaitanya arti ayat tersebut dengan persoalan sebelumnya?. Dalam ayat tersebut terdapat kata “bulan”, dimana dari dua belas bulan yang ada, Allah memberi kekhususan tersendiri pada empat bulan tertentu yang disucikan (tidak diperkenankan melakukan perang), seperti bulan Rajab, Dzulqoidah, Dzulhijjah, dan Muharram.

Namun, fokus yang ingin dibahas disini, lebih mengacu pada makna dari kata “bulan” dalam ayat tersebut, menurut Dr. Munawir, S.Th.I.,M.S.I dalam kajian tafsir rutinan, makna tersirat dari kata “bulan” memberi indikasi bahwa hidup manusia itu layaknya bulan, ya bulan. Diantara kita pasti pernah bukan melihat sinar rembulan yang terangnya hampir menyinari seisi bumi dan mana kala kita memandangnya, yang tersirat dalam benak kita hanyalah takjub dan takjub sungguh mengesankan, berlama-lama memandangnya pun tak akan bosan.

Ya, kita mungkin memang tak akan bosan memandang rembulan yang terangnya sungguh menawan, tapi justru rembulan itu yang harus pergi disaat kita sedang menikmati keindahannya, sang rembulan harus mengakhiri fasenya dengan perlahan memudar lalu hilang dan kembali pada fase awal dimana dirinya belum tampak, demi kesempurnaan fase itu sendiri.

Ini adalah sebagian kecil perumpamaan yang menggambarkan hidup setiap manusia, ya hidup manusia diibaratkan seperti fase rembulan, yang pasti melewati sisi gelap, samar dan tak terlihat untuk menuju pada sisi terangnya. Kabar baiknya, dari berbagai fase yang dilalui ini, dapat dimiliki setiap manusia dengan masa yang berbeda-beda, ibrat kata terdapat rembulan pada diri setiap jiwa, artinya tidak ada istilah dahulu mendahului atau merasa ketertinggalan.

Mengingat persoalan sebelumnya, yang mungkin banyak diantara kita merasa tertinggal oleh teman kita atau merasa stuck dalam hidupnya, kita bisa lihat kembali makna kata “bulan” dalam ayat tersebut yang sekiranya dapat membawa angin segar dan juga harapan bahwa pada dasarnya setiap manusia akan memperoleh atau merasakan sisi terangnya masing-masing layaknya rembulan yang sedang purnama.

Penulis : Lutfi Aulia Rahmadhani

Editor : MENFO IKBA MANSAS

Bagikan Yuk!

This Post Has One Comment

  1. Leyla

    “There will be a time, I will shine”. Thank you udah menyuarakan pesan yg sama dengan “Hakekat penciptaan”. Keep wtiting!

Comments are closed.