Pada buku Berpikir & Menyelesaikan Masalah Seperti Sherlock Holmes karya Bayu W. Ayogya, kita akan diajak berkenalan dengan sosok Sherlock Holmes. Ia merupakan seorang detektif konsultan, yang berarti akan turun menangani sebuah permasalahan jika para detektif (baik pemerintah atau swasta) tidak dapat memecahkan sebuah kasus. Ia juga dikenal sebagai detektif cerdas, yang memiliki cara berpikir unik dalam memecahkan kasus dari skala kecil hingga besar sekalipun.
Sherlock Holmes lebih suka hidup menyendiri namun menempatkan buku dan misteri sebagai teman dekatnya. Ia juga sering berdialog dengan buku melalui imajinasinya. Ia seorang sosiopat seperti yang digambarkan dalam buku itu bahwa “Saya bukan seorang psikopat. Saya seorang sosiopat yang berfungsi tinggi”.
Dalam buku Berpikir & Menyelesaikan Masalah Seperti Sherlock Holmes, dijelaskan bagaimana Sherlock Holmes berpikir dan menyelesaikan masalah. Salah satunya dengan membedakan antara melihat dan mengamati. Pada dasarnya kita memiliki kebiasaan melihat sekeliling, namun hanya sekadar melihat tanpa memproses informasi yang diterima. Padahal mengamati suatu hal yang terjadi adalah hal yang penting dilakukan. Mengamati bukan hanya melihat, tetapi satu aktivitas yang dengan sengaja dibarengi keseriusan mencari ketersinambungan arti.
Sherlock Holmes memiliki kemampuan deduksi dari segala hal yang ia lihat, dengar, maupun rasakan. Bahkan petunjuk sekecil apapun yang biasanya lepas dari perhatian orang, tidak luput dari perhatiannya. Seperti dalam kutipannya “Kau tak pernah sadar bahwa hal-hal yang paling rumit biasanya sangat bergantung pada hal-hal yang sepele”.
Membuka dan membaca buku Berpikir & Menyelesaikan Masalah Seperti Sherlock Holmes ini, akan membuat kita tersadar dari keluputan dalam hidup. Karena bagi Sherlock, orang berkemampuan rata-rata tidak tahu apa-apa yang lebih tinggi dari pada dirinya, tapi orang berbakat selalu bisa menyadari suatu kegeniusan. Dalam menyelesaikan kasus, Sherlock Holmes tidak mengajarkan kita untuk bermain sulap, tapi yang ditekankan adalah soal imajinasi dan logika agar mampu membaca setiap simbol yang ada.
Buku ini bagus untuk pelajar dan pengajar yang ingin menemukan formulasi cara belajar yang mendalam dan penuh dengan pemahaman. Selain itu, buku ini juga ditulis oleh orang yang kompeten dibidang psikologi popular dan pengembangan diri. Lay out yang disuguhkan juga cukup menarik, banyak ilustrasi di setiap bab, gaya penulisannya santai dan mudah dimengerti.
Namun dalam buku ini masih terdapat kelemahan karena terlalu ramai dengan warna yang dicampur-campur setiap halamannya. Kemudian penggunaan bahasa inggris dalam menukilkan kata-kata bijak Sherlock di setiap akhir tulisan per bab, cukup mengganggu pembaca yang belum mahir berbahasa inggris.
Sherlock mengibaratkan otak manusia seperti loteng kecil dan kosong, yang harus diisi dengan prabotan-prabotan sesuai pilihan diri sendiri. Orang bodoh akan mengambil semua informasi yang ditemuinya, orang bijak sebaliknya. Sherlock tidak akan memasukkan apapun kecuali prabotan yang dapat membantunya dalam melakukan semua pekerjaannya.
Oleh karena itu, penting sekali untuk tidak membiarkan fakta yang tidak berguna menyingkirkan fakta yang berguna. Penting pula menyadari bahwa setiap realitas yang terjadi, selalu diikuti oleh peristiwa yang mendasari. Semoga kita bisa meniru gaya berpikir Sherlock Holmes yang senantiasa mengembangkan imajinasi dan memelihara logikanya.
Penulis : Aditia Ardian
Editor : MENFO IKBA
mangtap dit. lanjutkan berkaryanya